Sunday, April 28, 2013

Ibnu Taimiyah Meyakini bahwa Allah Berpindah, Bergerak dan Turun


Ibnu Taimiyah meyakini bahwa Allah berpindah, bergerak dan turun.
(Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyyah 1/210,262, Muwafaqah Sharih al Ma’qul Li Shahih al Manqul 2/4-5, 26, Syarh Hadits an-Nuzul 38, 66, 99, Majmu’ al Fatawa 5/131, 415)

Bantahan:

Al Imam al Bayhaqi menegaskan:[1]

فِيْهِ دَلِيْلٌ عَلَى أَنَّـهُ كَانَ لاَ يَعْتَـقِدُ فِي الْمَجِيْءِ الَّذِيْ وَرَدَ بِـهِ الكِتَابُ وَالنُّـزُوْلِ الَّذِي وَرَدَتْ بِـهِ السُّـنَّةُ انْتِـقَالاً مِنْ مَكَانٍ إِلَى مَكَانٍ كَمَجِيْءِ ذَوَاتِ الأَجْسَامِ وَنُزُوْلِهَا، وَإِنَّمَا هُوَ عِبَارَةٌ عَنْ ظُهُوْرِ ءَايَاتِ قُدْرَتِـهِ.

Dalam perkataan Imam Ahmad ibn Hanbal ini terdapat dalil bahwa beliau tidak meyakini tentang al Maji’(الْمَجِيْء)  yang ada dalam al Qur’an dan Nuzul yang disebutkan dalam sunnah bahwa keduanya adalah berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain seperti datang dan turun-nya jism (sesuatu yang memiliki bentuk dan ukuran), melainkan  al Maji’ dan Nuzul adalah ungkapan dari munculnya tanda-tanda kekuasaan-Nya.”

Al Imam Abu Sulaiman al Khaththabi menyatakan:[2]

وَاللهُ تَعَالَى لاَ يُوْصَفُ بِالْحَرَكَةِ، لأَنَّ الْحَرَكَةَ وَالسُّكُوْنَ يَتَعَاقَبَانِ فِي مَحَلٍّ وَاحِدٍ، وَإِنَّمَا يَجُوْزُ أَنْ يُوْصَفَ بِالْحَرَكَةِ مَنْ يَجُوْزُ أَنْ يُوْصَفَ بِالسُّكُوْنِ وَكِلاَهُمَا مِنْ أَعْرَاضِ الْحَدَثِ وَأَوْصَافِ الْمَخْلُوْقِيْنَ، وَاللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مُتَعَالٍ عَنْهُمَا }§øs9 ¾ÏmÎ=÷WÏJx. Öäïx« ( ÇÊÊÈ

Allah ta’ala tidak boleh disifati dengan bergerak, karena bergerak dan diam berlaku bagi satu subyek, yang bisa disifati dengan bergerak adalah yang bisa disifati dengan diam, dan keduanya adalah sifat sesuatu yang baharu dan sifat makhluk, Allah ta’ala maha suci dari keduanya, Allah tidak menyerupai sesuatu-pun di antara makhluk-Nya.”

Al Imam al Bayhaqi menegaskan:[3]

لَمْ يُرِدْ بِـهِ إِتْيَانًا مِنْ حَيْثُ النُّـقْلَةُ.
إِنَّهُ لَيْسَ حَرَكَةً وَلاَ نُقْلَةً، تَعَالَى اللهُ عَنْ صِفَاتِ الْمَخْلُوْقِيْنَ.
وَالْمَجِيْءُ وَالنُّـزُوْلُ صِفَتَانِ مَنْفِيَّتَانِ عَنِ اللهِ تَعَالَى مِنْ طَرِيْقِ الْحَرَكَةِ وَالانْتِقَالِ مِنْ حَالٍ إِلَى حَالٍ.

Allah tidak menghendaki ityan dengan makna berpindah.”
Itu bukanlah bergerak atau berpindah, maha suci Allah dari sifat-sifat makhluk-Nya.”
al Maji’ dan Nuzul adalah dua sifat yang dinafikan dari Allah dengan makna bergerak dan berpindah dari satu keadaan ke keadaan yang lain.”

Al Hafizh Ibnu Hajar mengutip penegasan pakar Ushul fiqh dan tafsir; al Baydlawi:[4]

وَلَمَّا ثَبَتَ بِالقَوَاطِعِ أَنَّهُ سُبْحَانَهُ مُنَـزَّهٌ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالتَّحَيُّزِ امْتَـنَعَ عَلَيْهِ النُّـزُوْلُ عَلَى مَعْنَى الانْتِقَالِ مِنْ مَوْضِعٍ إِلَى مَوْضِعٍ أَخْفَضَ مِنْهُ.

Ketika telah ditetapkan dengan dalil-dalil qath’i bahwa Allah maha suci dari benda, sifat-sifat benda dan bertempat maka mustahil bagi-Nya Nuzul dengan makna berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang lebih rendah darinya.”

Penjelasan yang sangat bagus juga dijelaskan oleh al Imam Badruddin Ibnu Jama’ah dalam Idlah ad-Dalil (hal. 164).

Catatan Kaki

[1] Dikutip oleh Ibnu Katsir dari al Bayhaqi dalam Manaqib Ahmad oleh Ibnu Katsir dalam Tarikh-nya (10/327).
[2] Dikutip oleh al Bayhaqi dalam al Asma’ Wa ash-Shifat, hal.454-455.
[3]  Lihat al Bayhaqi, al Asma’ Wa ash-Shifat, hal.449, 449, 456.
[4]  Ibnu Hajar al ‘Asqalani, Fath al Bari, 3/31.

0 comments:

Post a Comment