Monday, April 29, 2013

Sorotan Ulama’ Tentang Pribadi Ibnu Taimiyah

Dahulu di zaman Rasulullaah SAW. kaum muslimin dikenal bersatu, semua berpadu di bawah pimpinan dan komando Rasulullah SAW. Jika terdapat masalah atau terjadi perselisihan pendapat antara para sahabat, mereka langsung datang kepada Rasulullah SAW, dan itulah  yang membuat para sahabat saat itu tidak sampai terpecah belah, baik dalam masalah akidah, maupun dalam urusan duniawi.
.
Kemudian setelah  Rasulullah SAW. wafat, benih-benih perpecahan mulai tampak dan puncaknya terjadi saat Imam Ali bin abi tholib menjadi khalifah. Namun perpecahan tersebut hanya bersifat politik belaka, sementara akidah mereka tetap satu yaitu akidah Islamiyah, meskipun saat itu benih-benih penyimpangan dalam akidah sudah mulai ditebarkan oleh ibnu Saba’, seorang yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai pelopor ideology Saba’iyyah yang identik dengan Syi’ah. Pada waktu itu paham yang paling menyesatkan adalah mereka meyakini bahwa Ali bin Thalib adalah tuhan. Aliran mereka dikenal dengan Khattabiyyah. Para ulama tidak mengatakan bahwa Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif, sebagaimana pendapat kelompok Syi’ah Imamiyyah Itsna ‘Asyariyah. Mereka cenderung melaknat Abdullah bin Saba’ yang seorang yahudi. Tentu saja sikap mereka ini dapat dipahami alasannya, yaitu pengakuan mereka akan eksistensi Abdullah bin saba’ secara tidak langsung akan menimbulkan persepsi bahwa ajaran mereka merupakan akulturasi dan asimilasi dengan agama Yahudi (Ashl al-Syi’ah Wa ushuluha hal 17, Abdullah Bin Saba’ Fi nasj al-Khayal).
.
Setelah para sahabat wafat, benih-benih perpecahan dalam akidah semakin membesar, sehingga timbullah bermacam sekte ideologi yang menyimpang dari ajaran Rasulullah SAW. Saat itu muslimin terpecah dalam dua kelompok besar, satu bagian dikenal sebagai golongan-golongan ahli bid’ah atau kelompok-kelompok sempalan dalam Islam seperti Mu’tazilah, Syiah (Rawafid), Khowarij dan lain-lain. Sedang bagian yang satu lagi adalah golongan terbesar, yaitu golongan orang-orang yang tetap berpegang teguh dengan turots yang dikerjakan dan diyakini oleh Rasulullah SAW. bersama sahabat-sahabatnya.
.
Namun pada abad ke 6 hijriyah sekitar tahun 661 hijriyah lahirlah seorang ulama terkemuka pada zamannya ahmad bin abdul halim bin abdus salam bin taimiyah yang lebih popular dengan nama ibnu taimiyah al harroni yang telah menjadi sosok kontroversional diantara para ulama dari berbagai lapisan empat madzhab baik di zamannya maupun ulama yang datang setelahnya dan tak jarang produk pemikirannya pun menjadi ajang polemik diantara ulama terutama yang bekaitan dengan masalah aqidah sehingga beliau sering menikmati kehidupannya di dalam jeruji besi, beliau dalam menyampaikan gagasan-gagasannya tidak hanya menyalahi ulama zamannya bahkan keberanian beliau sampai pada mukholafatul ijma’ (menyalahi ijma’ ulama) hal itu lah yang membuat beliau berada dalam buruan para ulama.
.
Produk pemikiran beliau yang menjadi kontroversi para ulama di zamannya terjadi pada tahun 698 hijriyah,awal mula beliau menyuguhkan pemikiran dan fatwa-fatwa yang popular dengan masalah alhamawiyah dan hal ini membuat beberapa fuqoha zamannya turut membahasnya dan mereka melarang beliau untuk berbicara,kemudian disusul oleh al qodi imamuddin alquzwaini  yang langsung memasukkan beliau ke dalam jeruji besi dan al qodi memmberikan pernyataan “barang siapa yang mengambil fatwanya ibnu taimiyah maka kami akan menta’zirnya (menghukumnya).
.
Selang beberapa waktu kemudian tepatnya pada tahun 705 hijriyah beliau kembali menghebohkan dunia islam dengan fatwanya yang membuat dirinya menjalani kehidupan penjara lagi, dan pada tahun 709 hijriyah akhirnya beliau dipindahkan ke iskandariyah dan tidak sampai situ saja di sana pun beliau juga menyuguhkan gagasan dan fatwa-fatwa yang di permasalahkan oleh ulama setempat,begitulah seterusnya seputar perjalanan hidup ibnu taimiyah yang sering kali keluar masuk penjara dalam beberapa kasus dan terkadang beliau terkesan tidak kosekwen dengan pernyataannya kadang beliau mengaku bermadzhab hambali namun pada kesempatan lain beliau mengaku bemadzhab safi’i sebagaimana hal itu di ungkapkan oleh al hafid ibnu hajar al asqollani dalam kitab addurorul kaaminah hal 88-98.
.
Oleh karena itu dari masa ke masa ulama selalu mengontroversikan pola pemikiran ibnu taimiyah muai dari ulama madzhab sampai ulama kalam bahkan beberapa muridny pun ikut andil dalam membicarakan sosok ibnu taimiyah seperti imam ibnu kastir dan imam addzahaby, maka tak heran kalau ibnu taimiyah menjadi ajang pembicaraan para ulama ahlus sunnah akan tetapi perlu di ingat juga bahwa imam ibnu taimiyah tidak selamanya seperti itu pada akhirnya pun beliau bertaubat atas semua ideologinys dan mrngikti ideology yang dikembangkan oleh Abu al-Hasan al-Asy’ari hal ini ditandai dengan pernyataan Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa:
ألأشاعرة أنصار أصول الدين والعلمار انصار علوم الدين
“Para pengikut Abu al-Hasan al-Asy’ari adalah penolong “Ushul” (pokok-pokok) agama, sedangkan para ulama adalah penolong ilmu-ilmu agama”.
 
 kemudian beliau mengangkat kitab-kitab yang bermadzhab as’ary sebagai simbol bahwasannya dia adalah pengikut as’ary sebagaimana yang ara di riwayatkan oleh al hafid ibnu hajar  dalam kitab addurorul kaaminah hal 148 dan hal itu juga disaksikan oleh ulama zamannya yang berkompeten As-Syeikh Syihabuddin An-Nuwairy wafat 733 H dalam kitab Nihayah Al-Arab Fi Funun Al-Adab juz 32 hal 115-116.
 
“Keilmuan” Ibnu Taimiyah
ibnu taimiyah dilahirkan pada tahun 661 H beliau tumbuh dengan kecerdasan yang luar biasa. mula-mula dia belajar pada ibnu abi daim, muslim bin allan dan ibnu abi amar dan dengan bekal kecerdasan yang tinggi beliau mampu mengalahkn yang lainnya dan imam addzahabi penah bercerita bahwa ibnu taymiyah sudah mempunyai kompetensi bermunadzoroh (berdebat) sebelum masa baligh dan mampu mengajar, mengarang serta berfatwa bahkan ketika umurnya belum memasuki 20 tahun (addurorul kaaminah hal 95). al hafid ibnu hajar pernah berbica panjang tentang kehebatan ibnu taimiyah melalui tulisan muridnya al hafid dzahabi, menurut addzahabi ibnu taimiyah mampu mentarjih dan membedakan argument yang kuat dalam masalh khilafiyah dan jarang sekali ku temukan seorang yang lebih cepat diri ibnu taimiyah dalam berargumen baik dengan ayat-ayat al qur’an maupu hadist seakan akan semua itu berada di depan dan di ujung lidahnya addurorul kaaminah hal 19 maka tak heran kalau ibnu taimiyah mampu mengkader dan menciptakan ulama-ulama yang hebat seperti al hafid ibu kastir,al hafid dzahabi,ibnu abdul hadi,samsuddin abu abdillah yang popular dengan ibnu jauzi,alhafid abu hajjaj yusuf bin abdurahman al mizzi.
.
Sorotan Ulama’ Tentang Pribadi Ibnu Taimiyah
قال المحدث الحافط الفقيه ولي الدين  العراقي إبن الشيخ زين الدين العراقي : إنه خرق الإجماع في مسائل كثيرة قيل تبلغ ستين مسألة بعضها في الأصول و بعضها في الفروع خالف فيها بعد انعقاد الإجماع عليها (الأجوبة الميضيةعلي المسألة المكية)
“seorang ahli hadist yang mendapat gelar al hafid al faqih waliuddin al iroqi putra dari shyaih zainuddin al iroqi berkata :sesungguhnya ibnu taimiyah telah keluar dari ijma’ ulama dalam berbagai masalah , dikatakan  mencapai 60 per masalahan , sebagian mengenai aqidah dan sebagian lainnya mengenai furu’, ia telah menyalahi permasalahan- permasalahan yang telah di sepakati oleh ulama’(al ajwibah al mudiah alal mas alatil maakiyah)
 
Hal sama juga di serukan oleh ibnu hajar al haitami sebagai berikut
Syakh ibnu hajar berkata dengan menukil semua permasalahan ibnu taimiyah yang menyalahi kesepakatan ulama’ yaitu :
Ibnu Taimiyyah telah berpendapat , bahwa Alam itu bersifat dahulu dengan satu macam, dan selalu makhluk bersama Allah. Ia telah menyandarkan alam dengan Dzat Allah Swt bukan dengan perbuatan Allah secara ikhtiar.

Ibnu taimiyah juga berkeyakinan akan adanya jisim pada dzatnya allah SWT ,arah dan perpindahan, dan dia juga berkeyakinan bahwa allah tidak lebih kecil atau lebih besar dari arsy, sungguh allah maha suci dari kedustaan keji dan buruk ini serta kekufuran yang nyata (al fatawa al hadisiyah 116)

Dalam kesempatan yang lain beliau juga menyinggung ibnu taimiyah serta muridnya sebagai berikut:
“maka berhati hatilah kamu dan jangan sampai mendengarrkan apa yang di tulis oleh ibnu taimiyah dan muridnya ibnu qoyyim dan lainnya dari orang- orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan allah telah menyesatkan nya dari ilmu serta menutup telinga dan hatinya dan menjadikan penghalang atas pandangannya”.(al fatawa al haditsiyah 203)
 
Seorang ulama besar Syaikh Abu Al-Hasan Ali Ad-Dimasyqi berkata dari ayahnya bahwasanya beliau bercerita
“ Ketika kami sedang duduk di majlis Ibnu Taimiyyah, dan ia berceramah hingga sampai pada pembahasan ayat Istiwa, ia berkata Allah Swt beristiwa di atas arasy-Nya seperti istiwaku ini “,(al maqoolat assuniyah 36)
 
Hal yang sama juga di ungkapkan oleh al hafid taqyuddin assubuky dalam kitab adduroru al mudhi’ah hal 2-3bahwa ibnu taimiyah telah membuat hal yang baru dalam masalah aqidah dan menghancurkan pondasi serta aqidah islam setelah dia mengaku masih mengikuti ajaran al qur’an dan hadist dam mengaku selalu mengajak kepada kebenaran kemudian dia keluar dari semuanya itu dan memciptakan sesuatu yang bid’ah dengan menyalahi semua ijma’ ulama’”
 
Al imam yaafi’I juga berkomentar “bahwa barang siapa yang mengikuti ajaran ibnu taimiyah maka halal darah dan hartanya” sebagaimana di kutib dari kitab( mir’atul janaan)
 
Al hafid ibnu hajar al asqollani juga berpendapat bahwa sebagian ulama ada yang menisbahkan ibnu taimiyah kepada kenifakan dan sebagian ulama juga menisbahkan ibnu taimiyah pada kezindikan (adduroru al kaminah)
 
Bahkan murid beliau sendiri al hafid addzahabi ikut andil dalam menyikapi pribadi beliau dan mengingatkan beliau agar berhenti menyerukan faham-faham estrim dan batilnya serta berhenti dari kebiasaan mencaci maki ulama’ soleh terdahulu maka dari itu al hafid addzahabi terdorong untuk menulis kitab yang bejudul an nasihah ad dzahabiyah li ibni taimiyah
Tidak hanya itu saja, bahkan sekitar 90 ulama besar yang telah mengkritisi produk pemikiran beliau yang dimanifestasikan dalam bentuk kitab-kitab klasik.
 
Penulis : ahmad maydin
Editor : amiruddin fahmi

0 comments:

Post a Comment