Sunday, April 28, 2013

Tahrif Ibnu Taimiyah terhadap Fatwa Ibnu Abdis Salam

Orang-orang Wahhabi dan para panutan mereka ketika bertemu dengan hadits yang bertentangan dengan faham mereka, maka mereka akan mengklaim hadits tersebut berlaku khusus. Berikut beberapa contoh:


Untuk mendukung pendapatnya, Ibnu Taimiyah menyelewengkan fatwa al ‘Izz ibn Abdis Salam. Ibnu Abdis Salam yang berbicara tentang al Iqsam ‘ala Allah dengan makhluk-Nya dan beliau berpendapat jika hadits tentang hal itu sahih maka hendaknya al Iqsam ‘ala Allah dikhususkan dengan Nabi, kemudian diselewengkan oleh Ibnu Taimiyah bahwa yang dimaksud oleh Ibnu Abdis Salam adalah masalah tawassul yang hendaknya dikhususkan dengan Nabi saja. Syekh Abdullah al Ghumari menjelaskan:[1]

هذَا وَقَدْ نَقَلَ ابْنُ تَيْمِيَةَ فِي مَجْمُوْعَةِ الرَّسَائِلِ الكُبْرَى أَنَّ عِزَّ الدِّيْنِ بنَ عَبْدِ السَّلاَمِ فِي فَتَاوِيْهِ أَجَازَ التَّوَسُّلَ بِالنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَجَعَلَهُ مِنْ خُصُوْصِيَّاتِـهِ وَقَلَّدَهُ فِي هذَا النَّقْلِ الشَّوْكَانِيُّ فِي الدُّرِّ النَّضِيْدِ وَإِنْ لَمْ يُصَرِّحْ بِذلِكَ وَنَاقَشَهُ فِي دَعْوَى الْخُصُوْصِيَّةِ وَرَأَى –أَعْنِي الشَّوْكَانِيّ- جَوَازَ التَّوَسُّـلِ بِالعُلَمَاءِ وَنَحْوِهِمْ، وَالوَاقِعُ أَنَّ النَّقْلَ الْمَذْكُوْرَ غَلَطٌ أَوْ تَحْرِيْفٌ مِنَ ابْنِ تَيْمِيَةَ لأَنِّي قَرَأْتُ الفَتَاوَى الْمَوْصِلِيَّةَ لِلعِزِّ ابنِ عَبْدِ السَّلاَمِ فَوَجَدْتُ كَلاَمَهُ فِي الإِقْسَامِ عَلَى اللهِ بِخَلْقِهِ فَهُوَ الَّذِي قَالَ فِيْهِ أَنَّهُ مِنْ خُصُوْصِيَّاتِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم لاَ مُطْلَقِ التَّوَسُّـلِ الَّذِيْ هُوَ سُؤَالُ اللهِ بِبَرَكَةِ فُلاَنٍ أَوْ جَاهِـهِ فَإِنَّ هذَا لَمْ يَتَعَرَّضْ لَـهُ، وَهكَذَا نَقَلَهُ أَصْحَابُ الْخَصَائِصِ كَالْحَافِظِ السُّيُوْطِيِّ وَالقَسْطَلاَّنِيِّ وَغَيْرِهِمَا مُسْتَدِلِّيْنَ بِهِ عَلَى أَنَّ الإِقْسَامَ عَلَى اللهِ تَعَالَى بِالنَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم مِنْ خُصُوْصِيَّاتِـهِ، وَهذَا غَيْرُ مَا نَحْنُ فِيْهِ وَهُوَ التَّوَسُّـلُ إِلَى اللهِ بِجَاهِهِ مَثَلاً بِدُوْنِ إِقْسَامٍ عَلَيْهِ.

“Ibnu Taimiyah telah menukil dalam Majmu’ah ar-Rasa-il al Kubra bahwa ‘Izzuddin ibn Abdis Salam dalam kumpulan fatwanya membolehkan tawassul dengan Nabi r dan ia menjadikan itu termasuk salah satu kekhususan Nabi, penukilan ini diikuti oleh asy-Syaukani dalam ad-Durr an-Nadlid meski ia tidak menyebutkan itu dengan tegas, dan asy-Syaukani mendebatnya tentang klaim kekhususan tersebut dan asy-Syaukani berpendapat bolehnya bertawassul dengan para ulama dan semacamnya. Faktanya penukilan ini keliru atau bahkan penyelewengan oleh Ibnu Taimiyah, karena saya telah membaca al Fataawa al Mawshiliyyah karya al ‘Izz ibn Abdis Salam, aku dapati perkataannya tentang al Iqsam ‘ala Allah dengan makhluk-Nya, inilah yang menurut Ibnu Abdis Salam khushushiyyat Nabi, bukan tawassul yang merupakan permintaan kepada Allah dengan berkah si fulan atau kemuliaan Fulan, ini tidak dibicarakan oleh al ‘Izz. Demikian pula fatwa tersebut dikutip oleh para pengarang kitab-kitab Khasha-ish seperti al Hafizh as-Suyuthi, al Qasthallani dan lainnya, mereka berdalil dengan perkataan al ‘Izz bahwa al Iqsam ‘ala Allah dengan Nabi r termasuk khushushiyyat Nabi, ini jauh berbeda dengan tema bahasan kita, yaitu tentang tawassul kepada Allah dengan kemuliaan Nabi tanpa bersumpah kepada Allah dengan nama Nabi misalnya.”

0 comments:

Post a Comment